
Pagerharjo, Kulon Progo – Desa Budaya Pagerharjo kembali menjadi perhatian akademisi dan pemerhati budaya. Kali ini, dosen dari Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) bersama perwakilan dari Provinsi Kalimantan Barat melakukan kunjungan observasi seni, adat tradisi, dan sistem hidup masyarakat di Pagerharjo (26/08/2025).
Rombongan disambut langsung oleh Lurah Pagerharjo, Ketua Desa Budaya Pagerharjo, serta Pendamping Seni Budaya dari Dinas Kebudayaan DIY.
Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas penelitian terkait cara bertahan hidup masyarakat seni, pengelolaan lahan di wilayah pegunungan, hingga pelestarian cagar budaya.
Lurah Pagerharjo, Widayat, S. Sos., M.I.P menjelaskan bahwa masyarakat setempat hingga kini masih menjaga warisan leluhur dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya melalui penggunaan itungan mongso atau kalender Jawa.
Tradisi ini dipakai sebagai pedoman untuk menentukan waktu yang tepat dalam membangun rumah, memulai bercocok tanam, hingga kegiatan lain. Misalnya, bulan Suro dipercaya sebagai waktu yang harus dihindari, karena diyakini membawa kesialan berdasarkan mitos dan pengalaman turun-temurun.
Pendamping Desa Budaya Pagerharjo menambahkan bahwa wilayah ini memiliki potensi budaya yang sangat kaya.
“Pagerharjo memiliki 39 kelompok kesenian, 14 cagar budaya, bentuk rumah tradisional yang masih terjaga, serta adat dan kuliner lokal. Bahkan, pengobatan tradisional masih tetap dipraktikkan oleh masyarakat,” ujar Joko Susetyo.
Sebagai penutup, rombongan melakukan dokumentasi dan kunjungan langsung ke Cagar Budaya Situs Kyai Depok di Plono Barat.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak pihak yang menyadari pentingnya menjaga budaya lokal agar tidak tergeser oleh budaya asing.
Pagerharjo menjadi contoh nyata bahwa tradisi, seni, dan kearifan lokal masih bisa hidup berdampingan dengan perkembangan zaman jika terus dilestarikan bersama.
Penulis: Setiyoko, S. Pd
Editor: H. Yuliati, A. Md