Latar Belakang
Pada zaman kolonial Belanda, Kalinongko dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi terkemuka, yang kemudian dikenal sebagai wilayah "Kopen". Namun, seiring berjalannya waktu, produksi kopi tergeser oleh tanaman lain seperti cengkeh dan vanili, yang membuat produksi kopi menurun drastis. Meskipun demikian, kopi tetap memiliki potensi pasar yang menjanjikan, baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor. Oleh karena itu, sejak tahun 2020, wilayah Kalinongko mulai direvitalisasi untuk menjadi kawasan perkebunan kopi kembali, dengan tujuan memaksimalkan potensi pertanian untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Tujuan Revitalisasi
Revitalisasi pertanian kopi di Kalinongko memiliki beberapa tujuan utama:
- Meningkatkan Ekonomi Masyarakat: Dengan mengembangkan pertanian kopi dari pembibitan, penggunaan pupuk, hingga produk jadi, diharapkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar meningkat.
- Pemanfaatan Lahan Tidur: Mengubah lahan yang tidak produktif menjadi lahan perkebunan kopi yang subur dan menghasilkan.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Melalui pelatihan dan penyuluhan kepada petani agar mereka memahami potensi tanah dan jenis tanaman yang sesuai, diharapkan kualitas hidup masyarakat desa meningkat.
Tantangan yang Dihadapi
Revitalisasi pertanian kopi di Kalinongko tidaklah mudah dan menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Kesadaran Masyarakat yang Kurang: Banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya membangun desa melalui sektor pertanian kopi.
- Kurangnya Pemahaman Petani: Banyak petani yang belum memahami potensi tanah mereka dan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam, sehingga perlu adanya edukasi dan bimbingan lebih lanjut
"Meskipun ada hambatan yang dihadapi tetapi ada banyak dukungan dari berbagi stekholder. Pemerintah Kalurahan dan Bumdes selalu memberikan suport baik dalam bentuk pendampingan maupun fasilitasi program peningkatan SDM petani. Akademisi, komunitas dan juga dinas terkait turut membantu pengembangan kopi di Kalinongko dengan kewenangannya masing-masing", tutur Agustinus Sulistyo, S. T, penggiat petani kopi Kalinongko.
Luas Hamparan dan Kapasitas Produksi
Saat ini, luas hamparan perkebunan kopi di Kalinongko mencapai 24 hektar dengan kapasitas panen pertahun sebesar 1,2 ton cherry. Terdapat 58 petani yang aktif mengelola perkebunan ini. Target jangka pendek adalah meningkatkan luas hamparan hingga 40 hektar pada tahun 2025.
Produk Kopi dan Prospek Pasar
Produk kopi dari Kalinongko saat ini meliputi kopi kemasan bubuk, green bean, dan roasted bean. Prospek kopi Kalinongko masih sangat besar, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Permintaan kopi terus meningkat, namun suplai masih kurang, sehingga peluang pasar masih sangat terbuka lebar.
Selain itu, Kalinongko juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata edukasi kopi, dimana pengunjung bisa belajar tentang proses produksi kopi dari hulu ke hilir.
Kesimpulan
Revitalisasi pertanian kopi di Kalinongko adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi ekonomi daerah. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, dengan kerja keras dan kesadaran masyarakat, tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan memaksimalkan pemanfaatan lahan dapat tercapai. Potensi pasar kopi yang masih besar, baik di dalam negeri maupun ekspor, menjanjikan masa depan yang cerah bagi pertanian kopi di Kalinongko.
Penulis, Setiyoko, S. Pd
Editor, Mas Carik
"Jadikan Samigaluh sebagai kawasan sentral kopi yang menjadi warisan dari dulu,kembangkan dan majukan perkopian menoreh