
Pagerharjo – Sebanyak 100 petani dari Padukuhan Kemesu dan Ngentak, Kalurahan Pagerharjo, mengikuti pelatihan budidaya vanili di pekarangan rumah (26/05). Kegiatan ini menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat tahun 2025 yang didukung oleh Dana Keistimewaan melalui Dinas Pertanahan dan Tata Ruang DIY.
Ini adalah tahun kedua Kalurahan Pagerharjo mendapatkan dukungan untuk mengembangkan vanili—komoditas bernilai tinggi yang dulu pernah berjaya di Perbukitan Menoreh pada era 1960-an. Para peserta antusias mengikuti pelatihan yang dibagi dalam empat tahapan, yaitu sosialisasi, penanaman, pendampingan, dan evaluasi.
Dua narasumber dihadirkan dalam pelatihan ini, yaitu Yudi Setiyadi dari Pondok Tani yang membagikan pengalaman pengolahan pascapanen vanili, serta Aji Saras Wanto dari Rumah Belajar Vanili mBajing yang memaparkan cara teknis integrasi budidaya vanili di pekarangan rumah.
Lurah Pagerharjo, Widayat, A.Md., menyampaikan bahwa program ini bukan hanya soal menerima bantuan bibit, tetapi juga tentang membangkitkan semangat warga untuk serius merawat dan mengembangkan vanili.
“Hibah ini pemantik saja. Keberhasilan ada di tangan warga. Kalau benar-benar dirawat, vanili ini bisa jadi tambahan penghasilan yang besar,” jelasnya.
Estimasi Hasil: 10 Pohon Bisa Hasilkan Jutaan
Setiap petani menerima 10 pohon vanili. Jika dirawat dengan baik, satu pohon vanili bisa menghasilkan sekitar 0,75 kg polong basah saat panen. Artinya, total dari 1.000 pohon (100 petani) bisa menghasilkan sekitar 750 kg vanili basah.
Kalau dijual langsung dalam bentuk basah, harga pasaran saat ini sekitar Rp275.000 per kilogram, sehingga total pendapatan bisa mencapai Rp206 juta lebih. Per petani bisa mendapat sekitar Rp2 juta.
Namun, jika diolah menjadi vanili kering, nilainya jauh lebih tinggi. Dengan konversi 6 kg basah menjadi 1 kg kering, maka 750 kg vanili basah bisa menghasilkan sekitar 125 kg vanili kering. Harga vanili kering berkisar Rp4 juta per kilogram, sehingga total penjualannya bisa tembus Rp500 juta. Artinya, satu petani bisa mengantongi hingga Rp5 juta dari 10 pohon saja.
“Asumsikan kalau nanti bisa nambah jadi 20 atau 50 pohon. Ini peluang emas untuk kesejahteraan warga, asal dirawat dengan disiplin,” tambah Aji Saras Wanto.
Dengan semangat dan perawatan yang baik, warga Pagerharjo optimistis bisa mengembalikan kejayaan "Emas Hijau Menoreh" dan menjadikan vanili sebagai sumber penghasilan yang menjanjikan di masa depan.
Penulis: Setiyoko, S. Pd
Editor: H. Yuliati, A. Md